Kamis, 14 Mei 2015

SOCCERIOR : ULASAN MENDALAM : Premier League, Liga yang Butuh Jeda

HAPUS BOXING DAY, TUNTUT WINTER BREAK.



Prestasi buruk kembali ditorehkan wakil Inggris di Liga Champions musim ini. Mereka gagal menempatkan wakilnya di babak perempat final. Padatnya jadwal liga kembali menjadi sorotan.
________________________________________________________________________________________

(bbc.co.uk)

Winter break selama 2 pekan. Begitulah periode minimal yang dirasakan klub-klub dan Primera Division dan Serie A Italia. Sementara itu, pemain Bundesliga Jerman dan Ligue 1 Perancis bisa menikmati jeda kompetisi selama 2 bulan. Liga Rusia lebih gila lagi. Mereka memberikan kesempatan jeda di pertengahan kompetisi selama 3 bulan!

Apa pentingnya winter break atau jeda kompetisi saat musim dingin? Jelas sangat penting. Jeda itu memberikan kesempatan kepada pemain untuk melemaskan otot setelah menjalani jadwal padat sejak awal musim.
Nah, seiring tumbangnya 3 wakil Inggris; Arsenal, Chelsea dan Manchester City di babak 16 besar Liga Champions musim ini, tuntutan agar Premier League memberlakukan winter break kembali mengemuka. 3 klub raksasa Inggris itu tumbang karena pemainnya kelelahan dengan jadwal kompetisi domestik yang tak pernah punya break.

Faktor lain yang memicu kejenuhan dan kelelahan pemain adalah tradisi Boxing Day atau laga yang berlangsung sehari setelah perayaan Natal. Tradisi tersebut membuat klub Premier League bisa melakoni 3 laga dalam kurun waktu kurang dari 10 hari pasca-Natal hingga awal Januari. Padahal, pada periode yang sama, kompetisi dari liga lain tengah menikmati libur musim dingin.

Keluhan agar  Premier League mempertimbangkan adanya winter break pernah disuarakan Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, dan Jose Mourinho. Kemarin(19/03), Manuel Pellegrini yang gagal meloloskan Manchester City juga ikut bersuara. Pellegrini yang baru 2 musim menangani klub Premier League kini bisa merasakan beratnya mengangkat performa tim saat kondisi mereka mulai lelah.
Pellegrini menganggap titik balik dari prestasi klub Premier League yang jeblok itu ada bulan Desember hingga Januari. Sebab, pada 2 bulan itu, agenda laga bisa lebih sibuk ketimbang bulan-bulan lainnya.
City misalnya. Vincent Kompany dkk harus menjalani 13 laga selama 60 hari atau pada Desember dan Januari. Masa recovery paling pendek tentu saja selama Boxing Day.

Grafik performa klub-klub Premier League di Liga Champions dari tahun 1996-97 sampai 2014.(bbc.co.uk)

Bandingkan dengan Barcelona. Sekali pun jumlah laga yang dilakoni lebih banyak, 15 laga, antara Desember dan Januari, El Barca diberi masa rehat separuh bulan, mulai 21 Desember hingga 4 Januari. "Klub Inggris tidak akan bisa optimal karena tidak ada winter break seperti di negara lain," keluh Pellegrini.

Pellegrini meminta tradisi Boxing Day dikaji ulang. Sebab, tradisi itu mengganggu performa tim Inggris. Pellegrini menilai, jika tradisi tersebut dipertahanankan, FA telah memberikan peluang bagi tim dari negara lain untuk berkembang.
"Saya tahu tradisi tak bisa diubah. Namun, saya kira Boxing Day tidak bisa diterima. Bayangkan, kadang kami bertanding 9 kali di bulan Desember dan 9 kali di bulan Januari. Semua itu harus dihentikan," kecam pelatih asal Cile itu.

Desakan agar Premier League memberlakukan winter break juga disuarakan pelatih Everton Roberto Martinez. Dia baru merasakan dampak jadwal yang padat dan pengaruhnya di kompetisi Eropa. Menurut Martinez, kelelahan membuat fokus pemain untuk Europa League hanya 50 persen. Everton memang menjadi satu-satunya wakil Inggris yang tersisa di ajang antraklub Eropa.


Tontonan Favorit Luis Enrique.

Pelatih-pelatih klub Premier League mengeluhkan tradisi Boxing Day yang dinilai mereduksi energi pemain. Mereka kerap bersuara agar tradisi tersebut ditinjau kembali. Nah, jika tradisi Boxing Day dihapus, pelatih Barcelona Luis Enrique termasuk salah seorang yang paling kecewa. Sebab, Boxing Day adalah salah satu tontotan favorit Enrique selama jeda kompetisi di negaranya.
Enrique memang selalu menikmati libur pergantian tahun dengan berkumpul bersama di rumah. Yakni, di kawasan dekat pantai, Gava Mar. Pada masa-masa break Primera Division pada 21 Desember hingga 4 Januari lalu, dia menghabiskan waktu bersama istrinya, Elena Cullell, serta 3 anaknya, Pacho, Sira, dan Xana.

Nah, saat berkumpul dengan keluarga itulah, dia selalu menikmati tayangan favorit, Boxing Day di Premier League. Enrique mengklaim dirinya adalah fans berat Boxing Day.
Menurut dia, pertandingan Boxing Day sudah cukup memberikan hiburan selama masa liburan. "Sangat menarik bagi kami ketika bisa menikmati masa liburan dengan menonton semua pertandingan sepak bola Inggris dengan tradisi Boxing Day-nya," ujar pelatih berusia 44 tahun itu.

Pernyataan Enrique itu diungkapkan setelah Manuel Pellegrini curhat kepada jurnalis kemarin(19/03). Pellegrini menyatakan, jadwal yang padat dan tidak adanya winter break menjadi salah satu penyebab tersingkirnya Manchester City dan wakil Inggris yang lain.
Enrique menyatakan sudah banyak mendengar curhatan beberapa pelatih top Premier League. "Yang saya tahu, Louis van Gaal(pelatih Manchester United, red) dan Ronald Koeman(pelatih Southampton, red) pernah memprotes masalah itu dalam setahun belakangan ini," ungkap Enrique.


Minim Pribumi di Skuad Inti.

Hanya 2 pemain pribumi asal Inggris yang dimainkan City kala berhadapan dengan Barcelona(24/02) di Liga Champions 2014-2015.(dailymail.co.uk)

Selain jadwal yang supersibuk dan tidak mengenal jeda, keluhan yang kerap ditujukan kepada klub-klub Premier League adalah, minimnya kontribusi pemain pribumi. Fakta itu bisa dilihat di babak 16 besar Liga Champions musim ini. Praktis, hanya 5 pemain asli Inggris yang menempati skuad inti di klub Inggris yang lolos ke babak 16 besar. Yakni, Gary Cahill dan John Terry (Chelsea), Joe Hart dan James Milner (Manchester City) serta Danny Welbeck (Arsenal).

Kondisi itu sangat kontras jika dibandingkan klub-klub Bundesliga di Liga Champions. Edisi 2012 misalnya, The Citizens-julukan City- pernah disingkirkan Borussia Dortmund yang saat itu menurunkan 10 pemain asli Jerman sebagai starter. Musim lalu, terdapat 6 pemain Jerman di tim Bayern Munchen yang mengalahkan Arsenal.

Diakui atau tidak, kondisi seperti itu berpengaruh terhadap prestasi timnas. Buktinya, karena klub mengakomodasi banyak pemain lokal, Jerman menjadi jawara pada Piala Dunia 2014. Roy Hodgson selaku arsitek timnas Inggris selalu kesulitan memilih pemain untuk skuadnya. Sebab, mayoritas klub Premier League jarang memberikan kepercayaan kepada pemain pribumi. Hodgson memang sudah menentukan 24 pemain yang akan dibawa dalam 2 uji coba bulan ini. Di antara 24 pemain itu, hanya 6 pemain yang tampil di Liga Champions musim ini. Mereka akan dimainkan dalam laga uji coba kontra Lithuania (27/3) dan Italia (31/3).

Mengapa hanya 6 pemain? Hodgson menegaskan bahwa dirinya tidak akan mempertimbangkan prestasi sebuah klub untuk memilih pemain. "Sebab, yang terjadi pada klub-klub Inggris di Liga Champions kemarin itu, tidak seperti penyakit menular," papar Hodgson.



SUMBER : Jawa Pos, 20 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar