Rabu, 16 September 2015

SOCCERIOR: Islandia, Negara Terkecil yang Lolos ke Euro 2016.

Islandia membuat mata dunia terbelalak. Mereka lolos ke Euro 2016 dengan status sementara juara klasemen grup A. Mereka mengalahkan raksasa-raksasa Eropa seperti Belanda dan Turki. Bukan prestasi instan meski dirintisnya juga tidak terlalu lama.
________________________________________________________________________________________________

Hebat : Para pemain merayakan keberhasilan mereka lolos ke Euro 2016, setelah ditahan imbang oleh Kazakhstan 0-0, di Reykjavik.(foto: telegraph.co.uk)

Siapa sih yang pernah melirik Islandia? Negeri di tepi lingkaran Kutub Utara itu sangatlah "imut". Penduduknya tak lebih dari 239 ribu jiwa. Sepertiga di antara mereka, sekitar 121 ribu, tinggal di ibu kota negara, Reykjavik. Seandainya seisi Reykjavik dimasukkan ke Stade de France, stadion tempat final Euro 2016 digelar, tentu hanya sepertiga penduduk yang tertinggal di rumah, Hampir kosong.

Dalam tataran politik internasional, Islandia-seperti musim dingin yang berlangsung sepanjang tahun- terbilang adem ayem. Pun dengan tim sepak bolanya. Kiprah timnas mereka tak pernah terdengar. Kalau tiba-tiba Strakarnir Okkar-julukan timnas Islandia- merebut status kontestan Euro 2016, siapa yang tidak terkejut?
"Saya sendiri terkejut. Saya tak bisa menemukan kata-kata untuk menggambarkan perasaan saya saat ini," ucap Aron Gunnarsson, kapten timnas Islandia, dikutip dari Reuters. Dia terengah-engah, tak bisa menahan luapan kegembiraan. "Saya memimpikan momen seperti ini sejak mulai berlatih sepak bola," imbuhnya.

Ya, satu poin yang didapat saat melawan Kazakhstan di Stadion Laugardalsvollur, Reykjavik, tanggal 7 September kemarin, cukup untuk meloloskan mereka ke Perancis. Bersama Republik Ceska, Islandia mengumpulkan 19 poin. Poin itu tak bisa di saingi Turki yang berada di peringkat ketiga.

Sejak Islandia memutuskan bergabung dengan UEFA, 61 tahun silam, itu prestasi tertinggi negara yang merdeka pada 1944 tersebut. Kebijakan Michel Platini yang menambah jumlah konstestan Euro menjadi 24 negara memang membuka kans bagi negara-negara medioker untuk lolos ke Euro. Tapi, Islandia bukan salah satunya. Grup A bukan grup ringan. Ada Belanda, Ceska, dan Turki di sana. Mereka pun sudah memastikan lolos saat kualifikasi masih menyisakan 2 pertandingan lagi.
Dari delapan laga, Gunnarsson dkk hanya sekali kalah oleh Ceska. Selebihnya, mereka mampu mempecundangi negara dengan tradisi bagus seperti Belanda dan Turki. Kebetulan? Rasanya bukan kalau melihat sistem yang telah mereka bangun.

Titik balik negara yang mengandalkan alumunium dan ikan sebagai penopang perekonomian itu dimulai lewat revolusi yang dilakukan pemerintah. Sejak awal 2000-an, negara membangun 20 lapangan indoor bertaraf internasional dengan rumput artifisial. Ada juga 150 lapangan kecil yang bisa dipakai warga untuk berlatih dan bermain. Sebelumnya bermain bola adalah kemewahan. Musim dingin yang menghajar hampir sepanjang tahun tak memungkinkan anak-anak bermain sepak bola di luar.
Revolusi itu berlanjut ketika eks pelatih KR Reykjavik Sigurdur Ragnar Eyjolfsson menjabat direktur pendidikan di KSI (asosiasi sepak bola Islandia) sejak 2002. Hingga 2010, tidak kurang dari 630 pelatih muda berkesempatan mengikuti sertifikasi lisensi kepelatihan tingkat UEFA.

Setahun berselang, Arnor Gudjohnsen bersama tiga temannya membentuk akademi sepak bola. Dari namanya, kita langsung tahu bahwa Arnor adalah ayah eks bintang Chelsea Eidur Gudjohnsen.
"Sejak 20 tahun lalu aku sudah mempunyai ide ini. Namun, saat itu waktuku lebih tercurah untuk karir," ungkap Gudjohnsen seperti dilansir situs resmi UEFA.
"Ketika akademi itu dibuka, lebih dari 100 anak mendaftar. Dengan terpaksa kami menutupnya (pendaftaran, Red) karena kuota penuh," imbuh eks striker berumur 54 tahun tersebut.

Akademi Gudjohnsen hanya membina anak-anak hingga usia 17 tahun. Setelah itu, mereka harus "mengembara". Maksudnya, sedapat-dapatnya menimba ilmu ke kompetisi-kompetisi yang lebih elite di luar negeri. Dengan begitu, mereka akan lebih hebat daripada bermain di liga Islandia yang hanya diikuti 12 klub.
Kapten timnas, Aron Gunnarsson bergabung dengan klub Norwegia Viking Stavanger pada usia 17 tahun. Kolbeinn Sigthorson hijrah ke AZ Alkmaar, Liga Belanda. Gylfi Sigurdsson memulai petualangan di Inggris bersama Reading saat masih 16 tahun.

Jurnalis setempat, Tomas Thor Thordarson, mengatakan bahwa dahulu para pemain yang hendak merantau ke luar negeri diperlakukan seperti penumpang pesawat biasa.
"Sekarang KSI memfasilitasi mereka dengan penerbangan khusus. Hasilnya, anak-anak muda itu berebut untuk bergabung di tim nasional," papar Thordarson kepada ESPN.


KURIKULUM HEBAT GUDJOHNSEN.

Sistem yang dibangun pada awal 200 menjadi awal kebangkitan sepak bola Islandia. Berawal dari pada mantan pemain yang membentuk akademi, nama seperti Gylfi Sigurdsson mampu bersinar di Benua Biru.

Berawal Dari Impian.
Arnor Gudjohnsen mengungkapkan, dirinya bermimpi mendirikan akademi sejak 20 tahun silam. Tapi, eks striker Anderlecht itu mengabaikannya karena fokus pada karir.

Latihan Sejam di Pagi yang Dingin.
Setelah akademi terbentuk, kurikulum pun dirancang. Siswa menjalani latihan dua kali dalam seminggu pada pukul 06.30 selama satu jam sebelum sarapan dan berangkat sekolah.

Pemain dan Pemimpin.
Akademi dimaksudkan untuk membentuk pemain dengan kemampuan bagus. Namun, mereka juga harus belajar bagaimana melakukan pendekatan psikologis hidup sehat. Pemain harus bertindak sebagai pemimpin dalam hidup mereka.

Belajar dari Dasar.
Walau anak-anak mempunyai bakat menggiring bola, pelatihan dasar tetap dimasukkan dalam kurikulum. Misalnya, passing. Sebab, kesalahan mengumpan maupun pergerakan sering ditemukan. "Mungkin inilah kelemahan terbesar sepak bola Islandia," tutur Gudjohnsen.

Belajar Banyak Posisi.
Kata Gudjohnsen, "Kami akan mencoba para pemain tersebut untuk bermain di segala posisi ketika berada di lapangan."

Berani Bersikap.
Inilah tahap akhir dari seluruh rangkaian pembelajaran di akademi. Pemain yang sudah berusia 17 tahun dianggap cukup dewasa untuk memperdalam kemampuannya dengan berkompetisi di luar negeri. "Aku cukup sabar untuk melihat para pemain muda itu mengembangkan kemampuannya."




LARS LAGERBACK TAK MAU DI ANGGAP PAHLAWAN.

Merendah : Lars Lagerback.(foto: theguardian.com)

Hujan deras mengguyur lapangan dan sebagian tribun Stadion Laugardalsvollur yang tidak beratap. Dinginnya begitu menusuk. Lars Lagerback menarik resleting jaketnya hingga ke dagu. Sementara Kolbeinn Sigthorsson dkk meluapkan kegembiraan karena lolos ke Euro 2016. Lagerback malah berjalan menjauh. Dia tak ingin mencuri spotlight dari anak-anak yang tengah berbahagia itu.
"Merekalah pahlawannya," kata Lagerback ketika sebuah stasiun televisi mencoba mewawancarai dirinya.

Pelatih asal Swedia itu sadar benar apa yang menantinya. Meloloskan Islandia ke event sebesar Euro 2016 terhitung spektakuler. Puja-puji dari seluruh negeri yang kecil mungil itu tak henti mengalir. Banyak sekali spekulasi mengenai dirinya yang beredar. Bahkan ada yang berujar dia pantas menjadi presiden Islandia.
"Ada banyak pembicaraan mengenai peran saya di tim. Dan bahkan saya bakal dicalonkan menjadi presiden," tutur Lagerback, tak bisa menahan senyum.
"Tapi, di luar itu semua, kami hanyalah sekelompok orang yang bekerja ekstrakeras dalam lingkungan yang sangat kondusif. Tentu saja, kami memiliki pemain yang sangat bagus," imbuhnya.

Lagerback mengambil alih tampuk kepelatihan Islandia pada Oktober 2011. Saat itu, Islandia baru terempas dari persaingan merebut tiket ke Euro 2012. Rekor kualifikasi mereka sangat jelek, Strakarnir Okkar alias Our Boys, julukan timnas Islandia, hanya menang sekali dari delapan laga.

Langkah pertama Lagerback adalah menunjuk Heimir Hallgrimsson sebagai asisten. Dampaknya, duet itu langsung terasa. Di kualifikasi Piala Dunia 2014, mereka finis sebagai runner-up grup E. Sayang, kans ke Brasil kandas setelah dikalahkan Kroasia di playoff. Itu saja sudah menunjukkan betapa besar pengaruh yang dibawa Lagerback ke timnas Islandia.

Namun, lagi-lagi, pelatih 67 tahun tersebut dengan rendah hati menolak segala puja-puji. Dia tak mau disebut pembuat keajaiban. Apalagi pahlawan.
"Aku tak akan menyebut diriku sendiri pahlawan," ucapnya. "Martin Luther King, Nelson Mandela, dan orang-orang seperti itulah pahlawan sesungguhnya," lanjut mantan pelatih timnas Swedia tersebut.


SI MUNGIL DI TURNAMEN BESAR.

Islandia menjadi negara terkecil yang lolos ke Euro 2016. Sekaligus merupakan kontestan paling mungil sepanjang sejarah turnamen elit tersebut. Berikut perbandingan rekor sepak bola Islandia dengan negara kecil lain ayng pernah mengikuti turnamen Euro.


1. Islandia


> Populasi : 317.351 jiwa.
> Partisipasi di Turnamen Besar :
- Piala Dunia : -
- Euro : -
> Prestasi Tertinggi :
- Piala Dunia : -
- Euro : -


2. Slovenia







> Populasi : 1.988.292 jiwa.
> Partisipasi di Turnamen Besar :
- Piala Dunia : 2 kali (2002, 2010)
- Euro : 1 kali (2000)
> Prestasi Tertinggi :
- Piala Dunia : Fase grup (2002, 2010)
- Euro : Fase grup (2000)


3. Latvia






> Populasi : 2.165165 jiwa.
> Partisipasi di Turnamen Besar :
- Piala Dunia : -
- Euro : 1 kali (2004)
> Prestasi Tertinggi :
- Piala Dunia : -
- Euro : Fase grup (2004)


4. Kroasia







> Populasi : 4.470.534 jiwa.
> Partisipasi di Turnamen Besar :
- Piala Dunia : 4 kali (1998, 2002, 2006, 2014)
- Euro : 4 kali (1996, 2004, 2008, 2012)
> Prestasi Tertinggi :
- Piala Dunia : Peringkat ketiga (1998)
- Euro : Perempat final (1996, 2008)


5. Republik Irlandia











> Populasi : 4.832.765 jiwa.
> Partisipasi di Turnamen Besar :
- Piala Dunia : 3 kali (1990, 1994, 2002)
- Euro : 2 kali (1988, 2012)
> Prestasi Tertinggi : 
- Piala Dunia : Perempat final (1990)
- Euro : Fase grup (1988, 2012)




SUMBER : Jawa Pos, 8 September 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar