Sabtu, 07 November 2015

CINEMOVIES: Badoet; Badut Jenaka Pengambil Nyawa...


(moviexplorer.com)

Badoet diawali dengan kehidupan harmonis penghuni flat di pinggiran kota Jakarta. Namun, kehidupan mereka terusik saat tiga anak penghuni flat ditemukan tak bernyawa karena bunuh diri. Tiga pemuda penghuni flat menyelidiki penyebab kematian tersebut. Sayangnya, mereka terlambat menyadari bahwa yang mereka hadapi datang dari kegelapan terdalam dan mungkin mereka tak bisa menghindarinya.

Pemilihan sosok badut ternyata terinspirasi dari ketakutan sang sutradara, Awi Suryadi, dan produser Daniel Topan. Meski begitu, film itu tak berkonsentrasi pada fobia badut, melainkan pola teror yang disebarkan badut. "Kalau lagi syuting ramai-ramai sih, aku nggak takut. Tapi, kalau berdua aja di set yang spooky gitu, ya masih takut," ujar Awi. Untuk merealisasikan tokoh tersebut, Awi juga banyak belajar dari serial dan film luar negeri. Bukan untuk menirunya, melainkan untuk memastikan bahwa tokoh badutnya berbeda dengan yang sudah ada.
Meski setting-nya kental dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, Awi berani menjaminfilm garapannya tersebut berbeda dengan film-film horor Indonesia yang sudah ada. Menurut dia, selama ini film-film horor Indonesia bergaya seperti film hantu Thailand, yang hantunya muncul tanpa alasan. "Jadi, kesannya yang penting seram dan mengagetkan. Beda dengan Badoet yang lebih modern ini," kata sutradara kelahiran Bandar Lampung tersebut.

Horor modern yang dimaksud terlihat dari gaya storytelling yang lebih sabar agar penonton lebih merasakan kengerian yang ditebarkan si badut. "Setiap detail cerita akan membawa penonton berkenalan lebih dekat dengan para tokoh. Ya biar penonton merasakan apa yang dirasakan mereka. Mulai rasa penasaran sampai rasa takut," tuturnya.
Keinginan itu tentu tak lepas dari akting para pemain. Karena itu, dengan piawai, Awi mengarahkan Daniel Topan, Ratu Felisha, Christoffher Nelwan, Marcel Chandrawinata, dan pemain lain untuk berekspresi senatural mungkin.

Selain storytelling, kesan modern pada Badoet terasa dari backsound dan soundtrack yang sering menggunakan musik retro dan EDM. Backsound yang menandai kemunculan si badut pun bukan backsound yang mengagetkan, melainkan suara kotak musik untuk menambah kesan seram. "Tapi, kami nggak banyak mengeluarkan musik yang sama agar penonton nggak bosan dan gampang menebak alur cerita," terang sutradara berusia 38 tahun tersebut.

Meski tampak semangat menggarap Badoet, ternyata Awi memiliki tantangan tersendiri. Sebab, pengambilan gambar, lighting, hingga editing-nya berbeda jauh dengan tiga film yang dia garap sebelumnya, Yakni, Street Society (2014), Viva JKT48 (2014), dan Bidadari Terakhir (2015). "Proses editing-nya juga cukup sulit. Kami butuh waktu dua bulan karena ada animasinya," jelas Awi.

Film yang rencananya tayang pada 12 November mendatang itu juga menjadi comeback Ratu Felisha yang kali terakhir bermain dalam film Something in the Way (2013). Penonton tak perlu khawatir dengan adanya adegan vulgar yang sering dimainkan Ratu. Sebab, dalam Badoet, dia bermain menjadi single mother yang penyayang. "Film ini pure horor kok. No Romance. Kalaupun ada humornya, itu karena situasi saja," tandas Awi.


TRAILER-NYA:





DATA FILM:

Sutradara: Awi Suryadi.
Produser: Daniel Topan, Harish Kemlani.
Pemain: Daniel Topan, Christoffer Nelwan, Aurelie Moeremans, Ratu Felisha, Marcel Chandrawinata, Ronny Paulus Tjandra, Tiara Westlake.
Screenplay: Agasyah Karim, Khalid Khashoggi, Awi Suryadi.
Produksi: DT Film Indonesia.
Rilis: 12 November 2015.
Durasi: 87 menit.




TAHUKAH KAMU?


- Semua adegan berbahaya dalam Badoet menggunakan animasi 3D dengan software Adobe After Effect dan The Foundry's Nuke. Sebab, sang sutradara tak mau mengambil resiko untuk adegan seperti tertabrak atau terjun. Dia pun tak ingin memberi resiko kepada stuntman.

- Di antara total 6 bulan penggarapan Badoet, ternyata proses syutingnya hanya butuh waktu 12 hari. Padahal, target awalnya adalah 14 hari. Meski berkali-kali terkendala cuaca, para pemain tetap enjoy sehingga proses syuting berlangsung cepat. "Mereka senang nggak berkali-kali take karena memang aku arahkan senatural mungkin," ujar Awi.

- Meski dibuat di Indonesia serta pemain dan krunya asli orang Indonesia, Badoet juga disertai subtitle bahasa Inggris. Tujuannya, orang yang tak bisa berbahasa Indonesia bisa paham. Hal itu didukung empat distributor film Amerika Serikat -tiga di Los Angeles dan satu di New York- yang berniat menayangkan film tersebut di Amerika.



SUMBER: Jawa Pos, 6 November 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar