Nama besar David Beckham bukan jaminan. Dia harus berjuang keras mewujudkan rencana membangun tim Major League Soccer (MLS) di Miami. Tantangan begitu berat, terutama soal politik lokal yang ribet.
________________________________________________________________________________________
David Beckham (tengah) saat jumpa pers rencana pembentukan tim MLS di Perez Art Museum Miami tahun lalu.(soccertransfers.net)
Liga sepak bola utama Amerika Serikat (AS) alias MLS musim ini diramaikan dengan dua nama besar dunia: Kaka dan David Villa. Namun, keduanya tak akan bisa menyaingi popularitas David Beckham.
Saat memutuskan bermain di MLS untuk membela Los Angeles Galaxy pada 2007, Beckham menyebarkan wabah sepak bola di seantero negeri Paman Sam.
Karena sukses besar, baik secara finansial , prestasi maupun branding pribadi, setelah pensiun, Beckham memutuskan melakukan investasi dengan memiliki klub MLS.
Pria 39 tahun tersebut berniat membentuk klub MLS yang berbasis di Miami. Beckham menjadi leader bersama 2 partner utama, pengusaha hiburan kondang asal Inggris, Simon Fuller dan pebisnis asal Bolivia, Marcelo Claure.
Miami dipilih karena memiliki basis penduduk mayoritas Amerika Latin yang gila bola. Pria yang melejit namanya saat bermain bersama Manchester United dan Real Madrid itu membayangkan timnya akan mendapatkan dukungan publik yang sangat luas.
Namun, keputusan pintar Beckham itu tidak semulus yang dibayangkan. Betapa tidak, 13 bulan sejak mengumumkan akan memiliki tim MLS, Beckham masih tidak memiliki bayangan akan bermain di stadion apa. Bahkan, nama dan warna kebesaran tim juga belum dipilih. Kabarnya, tim itu akan bernama Miami Vice atau Miami Current. Namun, berita-berita tersebut menguap begitu saja tanpa ada kepastian.
Kondisi itu memang sangat mengkhawatirkan. Sebab, Beckham dan kawan-kawannya sudah mengumumkan bahwa tim baru itu siap berkompetisi pada musim 2017. Kesalahan terbesar Beckham dalam kasus ini adalah pemilihan lokasi. Florida Selatan dan Miami terkenal karena situasi politik yang aneh dan sulit dikendalikan.
Meski Beckham memiliki nama besar, hal itu tidak mengubah apapun. Bapak 4 anak itu bukan sosok kondang pertama yang gagal ketika akan membangun rencana besar di Miami. Benturan-benturan dengan tokoh politik lokal sangat pelik.
"Saya tidak akan mengatakan bahwa kami salah melakukan kalkulasi dan perhitungan. Namun yang jelas, kami sudah melakukan kesalahan persepsi yang fatal," ucap seorang teman dekat Beckham yang enggan disebutkan namanya sebagaimana yang dilansir The Guardian.
Beckham sudah gagal dalam merealisasikan 2 pilihan stadion. Pertama di Miami Port. Kedua di Biscayne Boulevard, dekat dengan kandang tim NBA, Miami Heat. Opsi kedua gagal karena walikota Miami membanderol harga sewa sangat tinggi. Yakni, USD 500 ribu atau sekitar Rp 6,5 miliar per tahun.
Perspektif MLS sederhana saja. Kalau tidak ada stadion, berarti tidak ada klub. Sekarang tim Beckham sedang menimbang untuk menggunakan stadion sementara di Florida International University. Namun, itu juga akan sulit. Sebab, Miami Fusion, tim terakhir yang bermain di Miami pada 1997 sampai 2001, bubar karena sulitnya mendapatkan kandang.
"David Beckham optimistis bisa merealisasikan klub ini dengan dukungan orang-orang Miami. Arahnya positif," tulis pernyataan resmi tim Beckham kemarin (22/3). Namun, optimisme tersebut dianggap hanya pemanis bibir saja. Sebab, faktanya, kondisinya sangat pelik.
SUMBER : Jawa Pos, 23 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar