Bel
berbunyi dan murid-murid masuk ke kelas. Mot Monyet duduk sebangku dengan Bona
Gajah. Telinga dan kaki Bona besar sekali. Pak Guru belum datang, jadi Mot bisa
seenaknya memandang teman duduknya. Mula-mula dipandanginya kaki Bona, kemudian
kakinya sendiri. Astaga, betapa berbedanya. Kaki Bona besar dan kelihatannya
berat benar. Sedangkan kakinya sendiri kurus dan jari-jarinya
panjang-panjang.
”Apa sih yang kau lihat?” Tanya Bona tiba-tiba. ”Ap….Apa? Oh
tidak,” jawab Mot Monyet gugup. Dia lalu membuka tasnya dan pura-pura mencari
sesuatu di dalam tas itu. Tapi begitu Bona melihat ke arah lain, Mot mulai lagi
melirik kaki Bona.
“Kau
boleh melihat kakiku, silakan,” kata Bona. ”Heran aku. Kenapa sih dari tadi kau
melihat kakiku dengan sembunyi-sembunyi? Apanya yang aneh?”
Mot
terkejut sekali, sampai dia tak bisa berkata apa-apa. Tapi kemudian dia
berkata, ”Aku ingin tahu,bagaimana caramu menulis. Kakimu besar sekali dan tak
ada jarinya. Bagaimana caramu memegang pensil?” Wah, terlalu ya si Mot. Bona
tertawa terbahak-bahak. ”Ha,ha,ha! Kau ingin tahu, ya.Tunggu saja. Kau akan
melihat sendiri nanti.”
Pak
guru masuk kelas dan berkata, ”Selamat pagi,semua! Sekarang keluarkan buku tulis
kalian. Lalu tulislah nama kalian di halaman pertama buku itu.” Mot Monyet
cepat-cepat menuliskan namanya, lalu memandang Bona. Oh, begitu rupanya! Bona
memegang pensil dengan belalainya, lalu dengan hati-hati menuliskan
namanya. Tulisannya kecil-kecil dan bagus.
“Kau
cerdik,” kata Mot. Setelah itu buku mereka dikumpulkan. Ketika buku-buku itu
dibagikan kembali oleh Pak Guru, ternyata tulisan Bona mendapat nilai yang
paling bagus. Mot Monyet memandanginya dengan kagum. Sejak itu dia tak pernah
lagi mengejek kaki Bona yang besar.
Disadur dari majalah BOBO, No. 18
Tahun XXXI, 7 Agustus 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar