II
ASIA TIMUR
Tulisan Tiongkok ditemukan oleh Ts'ang Cieh
Sejarah mencatat, bahwa tulisan Tiongkok mulai memperlihatkan perkembangannya 2700 tahun sebelum Masehi. Berkat jasa-jasa seorang tokoh mitos, Ts'ang Cieh. Untuk menghormati jasa-jasanya itu, Ts'ang Cieh diakui secara resmi sebagai penemu tulisan Tiongkok. Sebagai bahan untuk menulis digunakan bilah-bilah bambu, kayu dan juga sutera. Untuk menulis digunakan potong-potongan kayu yang ujungnya diruncingkan, lalu dicelupkan ke dalam semacam cairan pigmen hitam. Bahan-bahan dan alat-alat untuk menulis itu oleh Ts'ang Cieh digunakan sebaik mungkin untuk menegakkan dan melestarikan tulisan Tiongkok sebagai alat komunikasi nasional di tanah airnya.
Semasa hidupnya, Kong Hu-Cu (551-476 sebelum Masehi), Tiongkok belum punya kuas, tinta, maupun kertas. Para pelajar menggunakan bahan-bahan dan alat untuk menulis, sebagaimana adanya, seperti juga di zaman Ts'ang Cieh. Kendati demikian pendidikan dan pelajaran yang diberikan filsuf besar Tiongkok itu kepada pelajar, berkembang terus secara mulus. Di Korea dan Jepang perkembangan tulisan Tiongkok itu selalu di ikuti dan dipelajari. Pengaruhnya tidak sedikit, bahkan Jepang secara terus terang mengadaptasi tulisan Tiongkok itu dan menciptakannya kembali dalam corak dan gayanya sendiri.
Tulisan Tiongkok dalam bilah-bilah bambu dan kayu sebelum adanya kertas
Kuas yang sebagaimana kita ketahui sekarang ditemukan pembuatannya 250 tahun sebelum Masehi oleh Meng Tien yang membuatnya dari bulu unta. Kuas inilah yang memungkinkan bangkitnya pembaharuan-pembaharuan dalam cara-cara menulis dalam tanda-tanda tulisan Tiongkok, secara revolusioner. Di tahun 400 Masehi, tinta sebenarnya yang lazim disebut sebagai tinta Tiongkok, dibuat dari sulang lampu (lamp black) di Tiongkok digunakan secara baik untuk menulis dan melukis dengan kuas.
Tulisan Tiongkok dalam Tanda-tanda Simbolis
Tulisan Tiongkok tidak terdiri dari huruf-huruf seperti dalam abjad Latin, melainkan terdiri dari tanda-tanda atau simbol kata yang mewakili kata-kata itu. Pada asal mulanya tulisan Tiongkok itu bertolak dari bentuk-bentuk yang bergaya figuratif, dalam artian bertolak belakang dari gambaran kenyataan visual. Tidak mengherankan kalau orang Barat menamakan tanda-tanda tulisan Tiongkok itu sebagai huruf gambar (piktogram).
Tulisan Tiongkok bukan sekedar tanda-tanda. Ia menyatakan dan menunjukkan secara simbolis, kata-kata yang terkandung dalam gaya dan ekspresi setiap tanda-tanda. Ia merupakan konsep. Oleh karena tanda-tanda simbolis itu berdasarkan kebaikan, baik menurut isi maupun bentuknya. Ia pada hakekatnya mengandung nilai-nilai filosofis, maupun artistik. Tidak sebagai simbol belaka, tetapi juga sebagai teladan.
Inilah sebabnya, mengapa menulis dalam tulisan Tiongkok, dipandang sebagai suatu pekerjaan yang sangat berharga. Sebagai sesuatu yang mempunyai bentuk, citra, tulisan Tiongkok akhirnya disebut sebagai tulisan yang bersifat ideologis. Karena ia mengandung ide, dalam arti pemikiran yang terungkap lewat tanda-tanda tulisan Tiongkok itu, dalam gaya yang bersifat "stylistic", ialah yang membawakan inti dari apa yang diungkapkan.
Tulisan Tiongkok dalam Gaya Kaligrafi (Tulisan Indah)
Begitu tulisan Tiongkok memperoleh gaya pribadinya secara mapan, tanda-tanda itu dipertimbangkan dan akhirnya dipergunakan sebagai elemen-elemen dalam karya-karya artistik. Maka lahirlah tulisan Tiongkok dalam gaya kaligrafis, yang mana, baik teks maupun gaya pribadinya dilukis sebagai hasil karya seni. Maka pengertian dari teks maupun bentuknya mencapai kesatuan yang harmonis. Kegiatan lukisan seni kaligrafi yang paling menarik untuk dikerjakan, ialah yang bertolak belakang dengan dari naskah yang berbentuk prosa atau puisi serta naskah yang bersifat pujaan terhadap sesuatu yang cukup menarik untuk diciptakan kembali dalam lukisan seni kaligrafi Tiongkok itu.
Bentuk dan tanda-tanda tulisan kaligrafi itu dan gaya dari tarikan-tarikan kuasnya terungkap secara wajar. Seringkali tarikan-tarikan kuas itu menuju ke tarikan-tarikan kuas yang satu ke tarikan-tarikan kuas yang lain. Dengan ditemukannya cara-cara menulis dan melukis itu, maka semua bentuk dan gerak irama menulis kaligrafis itu dapat digunakan setiap waktu.
Ahli-ahli dalam seni melukis dan menulis kaligrafis di zaman silam sangat dikagumi. Karya-karya mereka dipelajari, ditulis, dan dilukis ulang dan hasilnya bukan imitasi. Suatu cabang dari seni menulis gaya kaligrafis yang dikerjakan dengan tinta Tiongkok, secara khusus menjadi penting dalam kombinasi seni ilustrasi dan seni tulis kaligrafis yang disebut sebagai seni lukis Zen. Karena sifat dasarnya mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat Zen.
Ts'ai Lun menemukan Metode Dasar Pembuatan Kertas yang Sebenarnya (105 M)
Metode pembuatan kertas yang kita kenal sekarang ditemukan oleh Ts'ai Lun, seorang Anggota Pengawal Kaisar Tiongkok, bernama Ho Ti ditahun 105 M. Penemuan ini dilaporkan secara resmi oleh Ts'ai Lun kepada Kaisar. Setelah menyaksikan sendiri hasil penemuan itu, pangkatnya pun dinaikkan oleh Kaisar. Tahun lahirnya Ts'ai Lun dan juga tahun meninggalnya tidak pernah tercatat. Ts'ai Lun iala seorang kasim dan meninggal dunia karena bunuh diri. Dalam garis besarnya dasar metode dan prinsip dari pembuatan kertas oleh Ts'ai Lun itu adalah sebagai berikut :
Atas petunjuknya diambil kulit pohon murbei, kain-kain tua (rags), tali temali dan jala-jala yang telah lapuk. Bahan-bahan dasar yang mengandung serat tumbuh-tumbuhan itu ditumbuk sampai halus. Setelah itu direbus dalam air mendidih, sampai menjadi encer seperti bubur. Lalu dituangkan ke dalam bak khusus, sampai penuh.
Permukaan cairan dari serat tumbuh-tumbuhan itu diserok dengan serokan (mould) khusus yang pada awalnya dibuat dari tenunan kain kasar yang direnggangkan dalam bingkai persegi, yang kemudian diganti dengan anyaman kawat-kawat tembaga). Maka apa yang tinggal di atas permukaan serokan itu merupakan lapisan tipis yang setelah diperas dan dikeringkan, jadilah lembaran kertas pertama di negeri Tiongkok. Tepatnya di Distrik Lei-yang, sebelah timur Tiongkok, yang merupakan domisili dari Ts'ai Lun.
Semenjak penemuan kertas itu, hampir setiap orang Tiongkok mengenal nama Ts'ai Lun sebagai orang pertama yang dengan cara-caranya sendiri berhasil membuat kertas tanpa terpengaruh gagasan atau petunjuk orang lain. Bahkan anak-anak sekolah di masa itu juga mengenal secara akrab. Dalam nyanyian mereka menjunjung nama Ts'ai Lun dengan kata-kata : "Ts'ai Cieh menemukan tulisan dan Ts'ai Lun menemukan kertas".
Dengan penemuan kertas tersebut, tulisan Tiongkok, maupun karya kaligrafi lainnya tampil dalam keindahannya yang spesifik, ketimbang di atas bilah-bilah bambu, kayu atau bahan-bahan lain. Tulisan Tiongkok di atas kertas menimbulkan respek, hormat dan kasih sayang masyarakat Tiongkok. Kertas-kertas dengan tulisan Tiongkok yang secara kebetulan berserakan di mana-mana bagaikan sampah, dikumpulkan dan dibawa ke klenteng. Lalu di bakar dalam ruangan khusus untuk menyelamatkan tulisan Tiongkok itu dari kehinaan dan ejekan.
Pada tahun 300 Masehi, kertas di Tiongkok secara umum menggantikan bahan-bahan bambu, kayu, dan sutera sebagai bahan untuk menulis dan melukis. Baru sekitar tahun 600 Masehi, Tiongkok memperkenalkan metode pembuatan kertas itu ke Korea dan Jepang. Di tahun 793 Masehi, atas perintah Harun-Al-Rashid (766-809), kertas mulai dibuat di Baghdad, yang dipelajari oleh orang-orang Arab dari ahli-ahli pembuat kertas Tiongkok. Cara-cara pembuatan kertas itu oleh orang Arab diperkenalkan melalui Asia Tengah, sampai ke Mesir dan Maroko Utara. Bahkan sampai menyeberang ke Spanyol pada tahun 1151.
Jadi pembuatan kertas menurut prinsip dan metode Ts'ai Lun, baru dikenal di Eropa sekitar sepuluh abad setelah pembuatan kertas pertama oleh Ts'ai Lun. Sebagai bahan pokok dalam pembuatan kertas itu di Eropa, terutama di gunakan kain-kain tua (rags). Maka antara tahun 1100-1250-an, pembuatan kertas menjadi terkenal di Eropa melalui Perancis dan Italia. Di Jerman, mereka memiliki dan menggunakan kincir angin untuk menumbuk bahan-bahan pokok pembuatan kertas di Nurenberg, di tahun 1390. Di Dordrecht, Belanda, pembuatan kertas mulai dikerjakan di tahun 1586.
Dalam Perkembangan Industri Kertas di Barat, Prinsip Metode Ts'ai Lun tetap bertahan bertahun-tahun.
Kegiatan insdustri kertas di Eropa dan Amerika di mulai sekitar tahun 1799, dengan diperkenalkannya Mesin Pembuatan Kertas yang bergerak secara otomatis. Mesin tersebut dilengkapi dengan alat-alat penggiling bahan-bahan pokok pembuatan kertas sampai menjadi bubur, yang akan mengering dalam setengah menit dan akhirnya menghasilkan kertas dalam jalur panjang dan lebar melalui silinder. Alat serba guna dan otomatis ini disebut "Hollander", yang dibuat oleh seorang Perancis, bernama Nicholas-Louis Robert.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan kertas. Terlebih setelah kapasitas mesin mulai meningkat, maka kekurangan dalam hal bahan-bahan pembuatan kertas, sangat dirasakan. Ini disebabkan ketergantungan pada kain-kain tua (rags) yang sulit untuk didapat. Maka, ahli-ahli pembuat kertas mulai memutar otak untuk mendapatkan bahan baru dalam melanjutkan produksi kertas itu. Di tahun 1843, seorang ahli tenun, Friedrich Gottlieb Keller, memperkenalkan kayu sebagai bahan pokok. Yang setelah di asah melalui mesin pengasah bahan kayu, menghasilkan serat asahan kayu (wood pulp), untuk pembuatan kertas. Sejak saat itu, Industri Kertas berkembang pesat, berkat mesin-mesin baru yang lebih besar, cepat dan sempurna.
Kertas zaman sekarang terbuat dari ratusan golongan dalam ribuan jenis, menurut panjang dan lebarnya, tebal, tipis, berat, warna, kuat dan liat menurut gaya dan ukurannya, mengandung getah kayu (houthhounded), bebas dari getah kayu (houtvrij) dengan sifat yang berlainan sesuai dengan kebutuhan. Ini tidak berarti cara-cara membuat kertas dengan tangan seperti yang dimulai oleh Ts'ai Lun terhenti pembuatannya.
Proses penyaringan cairan serat tumbuh-tumbuhan itu tetap digunakan hingga sekarang. Khusus untuk pembuatan kertas dengan kualitas yang lebih sempurna yang bagaimanapun tidak mungkin dapat dihasilkan melalui mesin kertas modern secara otomatis.
Misalnya kertas-kertas yang secara khusus diperuntukkan di bidang seni rupa, khususnya lukisan cat air, pastel, krayon, kaligrafi, seni grafis yang memerlukan bahan-bahan yang disesuaikan dengan gaya artistik dari karya-karya seni tersebut.
Kendati demikian, bahan-bahan pokok pembuatan kertas itu dalam produksi industrial telah diganti dengan bahan-bahan pokok lain yang juga mengandung serat tumbuh-tumbuhan, prinsip metode pembuatan kertas Ts'ai Lun, tidak dapat diganti, karena kesolidannya yang luar biasa semenjak 19 abad yang silam.
BERSAMBUNG....
Sumber gambar ilustrasi : computersmiths.com, absolutechinatours.com, tiki-toki.com. en.wikipedia.org
Bentuk dan tanda-tanda tulisan kaligrafi itu dan gaya dari tarikan-tarikan kuasnya terungkap secara wajar. Seringkali tarikan-tarikan kuas itu menuju ke tarikan-tarikan kuas yang satu ke tarikan-tarikan kuas yang lain. Dengan ditemukannya cara-cara menulis dan melukis itu, maka semua bentuk dan gerak irama menulis kaligrafis itu dapat digunakan setiap waktu.
Ahli-ahli dalam seni melukis dan menulis kaligrafis di zaman silam sangat dikagumi. Karya-karya mereka dipelajari, ditulis, dan dilukis ulang dan hasilnya bukan imitasi. Suatu cabang dari seni menulis gaya kaligrafis yang dikerjakan dengan tinta Tiongkok, secara khusus menjadi penting dalam kombinasi seni ilustrasi dan seni tulis kaligrafis yang disebut sebagai seni lukis Zen. Karena sifat dasarnya mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat Zen.
Ts'ai Lun menemukan Metode Dasar Pembuatan Kertas yang Sebenarnya (105 M)
Metode pembuatan kertas yang kita kenal sekarang ditemukan oleh Ts'ai Lun, seorang Anggota Pengawal Kaisar Tiongkok, bernama Ho Ti ditahun 105 M. Penemuan ini dilaporkan secara resmi oleh Ts'ai Lun kepada Kaisar. Setelah menyaksikan sendiri hasil penemuan itu, pangkatnya pun dinaikkan oleh Kaisar. Tahun lahirnya Ts'ai Lun dan juga tahun meninggalnya tidak pernah tercatat. Ts'ai Lun iala seorang kasim dan meninggal dunia karena bunuh diri. Dalam garis besarnya dasar metode dan prinsip dari pembuatan kertas oleh Ts'ai Lun itu adalah sebagai berikut :
Ilustrasi Pembuatan Kertas Dalam Metode Ts'ai Lun
Atas petunjuknya diambil kulit pohon murbei, kain-kain tua (rags), tali temali dan jala-jala yang telah lapuk. Bahan-bahan dasar yang mengandung serat tumbuh-tumbuhan itu ditumbuk sampai halus. Setelah itu direbus dalam air mendidih, sampai menjadi encer seperti bubur. Lalu dituangkan ke dalam bak khusus, sampai penuh.
Permukaan cairan dari serat tumbuh-tumbuhan itu diserok dengan serokan (mould) khusus yang pada awalnya dibuat dari tenunan kain kasar yang direnggangkan dalam bingkai persegi, yang kemudian diganti dengan anyaman kawat-kawat tembaga). Maka apa yang tinggal di atas permukaan serokan itu merupakan lapisan tipis yang setelah diperas dan dikeringkan, jadilah lembaran kertas pertama di negeri Tiongkok. Tepatnya di Distrik Lei-yang, sebelah timur Tiongkok, yang merupakan domisili dari Ts'ai Lun.
Semenjak penemuan kertas itu, hampir setiap orang Tiongkok mengenal nama Ts'ai Lun sebagai orang pertama yang dengan cara-caranya sendiri berhasil membuat kertas tanpa terpengaruh gagasan atau petunjuk orang lain. Bahkan anak-anak sekolah di masa itu juga mengenal secara akrab. Dalam nyanyian mereka menjunjung nama Ts'ai Lun dengan kata-kata : "Ts'ai Cieh menemukan tulisan dan Ts'ai Lun menemukan kertas".
Dengan penemuan kertas tersebut, tulisan Tiongkok, maupun karya kaligrafi lainnya tampil dalam keindahannya yang spesifik, ketimbang di atas bilah-bilah bambu, kayu atau bahan-bahan lain. Tulisan Tiongkok di atas kertas menimbulkan respek, hormat dan kasih sayang masyarakat Tiongkok. Kertas-kertas dengan tulisan Tiongkok yang secara kebetulan berserakan di mana-mana bagaikan sampah, dikumpulkan dan dibawa ke klenteng. Lalu di bakar dalam ruangan khusus untuk menyelamatkan tulisan Tiongkok itu dari kehinaan dan ejekan.
Pada tahun 300 Masehi, kertas di Tiongkok secara umum menggantikan bahan-bahan bambu, kayu, dan sutera sebagai bahan untuk menulis dan melukis. Baru sekitar tahun 600 Masehi, Tiongkok memperkenalkan metode pembuatan kertas itu ke Korea dan Jepang. Di tahun 793 Masehi, atas perintah Harun-Al-Rashid (766-809), kertas mulai dibuat di Baghdad, yang dipelajari oleh orang-orang Arab dari ahli-ahli pembuat kertas Tiongkok. Cara-cara pembuatan kertas itu oleh orang Arab diperkenalkan melalui Asia Tengah, sampai ke Mesir dan Maroko Utara. Bahkan sampai menyeberang ke Spanyol pada tahun 1151.
Jadi pembuatan kertas menurut prinsip dan metode Ts'ai Lun, baru dikenal di Eropa sekitar sepuluh abad setelah pembuatan kertas pertama oleh Ts'ai Lun. Sebagai bahan pokok dalam pembuatan kertas itu di Eropa, terutama di gunakan kain-kain tua (rags). Maka antara tahun 1100-1250-an, pembuatan kertas menjadi terkenal di Eropa melalui Perancis dan Italia. Di Jerman, mereka memiliki dan menggunakan kincir angin untuk menumbuk bahan-bahan pokok pembuatan kertas di Nurenberg, di tahun 1390. Di Dordrecht, Belanda, pembuatan kertas mulai dikerjakan di tahun 1586.
Dalam Perkembangan Industri Kertas di Barat, Prinsip Metode Ts'ai Lun tetap bertahan bertahun-tahun.
Kegiatan insdustri kertas di Eropa dan Amerika di mulai sekitar tahun 1799, dengan diperkenalkannya Mesin Pembuatan Kertas yang bergerak secara otomatis. Mesin tersebut dilengkapi dengan alat-alat penggiling bahan-bahan pokok pembuatan kertas sampai menjadi bubur, yang akan mengering dalam setengah menit dan akhirnya menghasilkan kertas dalam jalur panjang dan lebar melalui silinder. Alat serba guna dan otomatis ini disebut "Hollander", yang dibuat oleh seorang Perancis, bernama Nicholas-Louis Robert.
Mesin Pembuat Kertas, karya Nicholas-Louis Robert.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan kertas. Terlebih setelah kapasitas mesin mulai meningkat, maka kekurangan dalam hal bahan-bahan pembuatan kertas, sangat dirasakan. Ini disebabkan ketergantungan pada kain-kain tua (rags) yang sulit untuk didapat. Maka, ahli-ahli pembuat kertas mulai memutar otak untuk mendapatkan bahan baru dalam melanjutkan produksi kertas itu. Di tahun 1843, seorang ahli tenun, Friedrich Gottlieb Keller, memperkenalkan kayu sebagai bahan pokok. Yang setelah di asah melalui mesin pengasah bahan kayu, menghasilkan serat asahan kayu (wood pulp), untuk pembuatan kertas. Sejak saat itu, Industri Kertas berkembang pesat, berkat mesin-mesin baru yang lebih besar, cepat dan sempurna.
Kertas zaman sekarang terbuat dari ratusan golongan dalam ribuan jenis, menurut panjang dan lebarnya, tebal, tipis, berat, warna, kuat dan liat menurut gaya dan ukurannya, mengandung getah kayu (houthhounded), bebas dari getah kayu (houtvrij) dengan sifat yang berlainan sesuai dengan kebutuhan. Ini tidak berarti cara-cara membuat kertas dengan tangan seperti yang dimulai oleh Ts'ai Lun terhenti pembuatannya.
Proses penyaringan cairan serat tumbuh-tumbuhan itu tetap digunakan hingga sekarang. Khusus untuk pembuatan kertas dengan kualitas yang lebih sempurna yang bagaimanapun tidak mungkin dapat dihasilkan melalui mesin kertas modern secara otomatis.
Misalnya kertas-kertas yang secara khusus diperuntukkan di bidang seni rupa, khususnya lukisan cat air, pastel, krayon, kaligrafi, seni grafis yang memerlukan bahan-bahan yang disesuaikan dengan gaya artistik dari karya-karya seni tersebut.
Kendati demikian, bahan-bahan pokok pembuatan kertas itu dalam produksi industrial telah diganti dengan bahan-bahan pokok lain yang juga mengandung serat tumbuh-tumbuhan, prinsip metode pembuatan kertas Ts'ai Lun, tidak dapat diganti, karena kesolidannya yang luar biasa semenjak 19 abad yang silam.
BERSAMBUNG....
Sumber
artikel : buku IKHTISAR SEJARAH PENEMUAN KERTAS, SENI ILUSTRASI DAN
TEKNIK MENCETAK, oleh Baharudin M,S. Penerbit Bahtera Jaya - Jakarta,
tahun 1987. Hak cipta yang dilindungi undang-undang pada : Pengarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar