Sejak era Premier League pada 1992, 2 kali Watford menikmati kasta tertinggi sepak bola Inggris itu. Nah, setelah absen 8 tahun, musim depan Watford kembali ke Premier League.
________________________________________________________________________________________
Promosi : Para pemain dan ofisial tim Watford merayakan keberhasilan mereka naik kasta musim depan.(watfordfc.com)
Tidak ada selebrasi khusus saat watford berhasil mengalahkan Brighton dan Hove Albion 2-0 pada laga ke-45 Championship (kasta kedua Liga Inggris), Sabtu (25/4). Setelah pertandingan, skuad Watford meninggalkan East Sussex dengan bus. Mereka menempuh perjalanan pulang sejauh 97,5 km.
Kemenangan tersebut menjadi yang ke-27 bagi skuad The Brewers-julukan Watford- musim ini. Mereke mengemas 84 poin. Watford belum bisa memastikan promosi karena masih ada pertandingan lain. Yakni, laga antara Fulham menjamu Middlesbrough yang digelar 2 jam kemudian. Apabila The Boro-julukan Middlesbrough- menang, Watford harus menunda dulu pestanya.
Pertandingan di Craven Cottage-markas Fulham- itu dilangsungkan sore hari, tepat ketika skuad Watford dalam perjalanan dari East Sussex. Alhasil, perjalanan yang ditempuh dengan menggunakan bus itu menjadi momen mendebarkan bagi para penggawa Watford. Mereka tentu berharap Middlesbrough kalah.
Sempat tegang setelah Kike mencetak gol ketika Middlesbrough membuat skor imbang 3-3, semua awak Watford langsung berjingkrak ketika Ross McCormack menccetak gol keempat Fulham pada injury time. Dengan kekalahan Boro itu, langkah Watford pun tidak lagi tergoyahkan.
Saat ini mereka unggul 4 poin atas Middlesbrough dan AFC Bournemouth yang berada di posisi kedua dan ketiga dengan hanya tersisa 1 pertandingan. Watford pun menjadi tim pertama yang mengunci tiket promosi menuju Premier League.
Ini bukan pertama kali Watford mencicipi kerasnya kasta pertama kompetisi di Inggris tersebut. Kali terakhir klub berjuluk The Hornets itu tampil di Premier League pada musim 2006-2007. Saat itu mereka finis sebagai juru kunci dengan 28 poin, hasil 5 kali menang, 13 seri, dan 20 kalah.
Kembalinya Watford disambut sukacita oleh para pemain. Mereka meluapkan kegembiraan di atas bus. Selain kembali untuk kali ketiga ke Premier League, itu adalah sukses pelatih Slavisa Jokanovic. Pria Serbia itu adalah pelatih asing ketiga yang membawa tim promosi ke Premier League setelah Jean Tigana dan Roberto di Matteo.
"Ini kali pertama saya menangis sejak Ayah saya meninggal karena kanker 3 tahun lalu," ungkap Troy Deeney, pencetak gol ke gawang Brighton. Pemain 28 tahun asal Birmingham itu sangat terharu setelah memastikan Watford promosi.
Gelandang Watford Ben Watson merasa bahwa timnya saat ini bisa melangkah lebih maju di Premier League musim depan. "Sebenarnya saya tidak ingin arogan. Namun, kami sudah mempunyai pemain yang siap bertanding di laga besar. Kami mempunyai 2 striker yang sudah mencetak 20 gol dan Matej Vydra yang sudah memborong 15 gol serta segala talenta terbaik di klub ini," koarnya.
Lebih lanjut, pemain yang baru menikmati musim pertama di Watford setelah hengkang dari Wigan Athetic itu merasa terhormat kembali ke Premier League. "Kami layak mendapatkannya," katanya.
Ada yang senang, namun ada juga yang pesimistis dengan kembalinya klub yang mempunyai julukan lain The Golden Boys tersebut. Salah satunya eks manajer Watford, Graham Taylor. Taylor yang pernah menangani Watford selama 2 periode berbeda (1977-1987, 1996-2001) itu mengingatkan bahwa tantangan terbesar adalah mempertahankan konsistensi tampil di Premier League musim depan.
"Ada perbedaan besar antara standar di Premier League dan Championship. Hal itu semakin bertambah besar dari tahun ke tahun. Tidak mudah pergi ke sana (Premier League) dan mempertahankan pencapaiannya. Beberapa tim sudah melakukannya," ungkapnya.
SUMBER : Jawa Pos, 27 April 2015
Lebih lanjut, pemain yang baru menikmati musim pertama di Watford setelah hengkang dari Wigan Athetic itu merasa terhormat kembali ke Premier League. "Kami layak mendapatkannya," katanya.
Ada yang senang, namun ada juga yang pesimistis dengan kembalinya klub yang mempunyai julukan lain The Golden Boys tersebut. Salah satunya eks manajer Watford, Graham Taylor. Taylor yang pernah menangani Watford selama 2 periode berbeda (1977-1987, 1996-2001) itu mengingatkan bahwa tantangan terbesar adalah mempertahankan konsistensi tampil di Premier League musim depan.
"Ada perbedaan besar antara standar di Premier League dan Championship. Hal itu semakin bertambah besar dari tahun ke tahun. Tidak mudah pergi ke sana (Premier League) dan mempertahankan pencapaiannya. Beberapa tim sudah melakukannya," ungkapnya.
SUMBER : Jawa Pos, 27 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar