The Four Stars. Itulah julukan buat tim nasional Mikronesia. Namun, kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan julukan yang mereka sandang. Jangankan tampil berkilau bagai bintang, Mikronesia justru menjadi lumbung gol.
______________________________________________________________________________________________
Lumbung Gol : Salah satu proses gol Vanuatu ke gawang Mikronesia. Dilaga itu, Vanuatu menang besar, 46-0.(101greatgoals.com)
Ingin melihat banyak gol dalam sebuah pertandingan? Gampang. Undang saja Mikronesia untuk tampil di sebuah turnamen. Sebab, negara yang tidak masuk daftar anggota FIFA itu memang seperti baru belajar bermain bola. Itu mereka tunjukkan saat tampil di Stadion Bisini Sport Complex, Port Moresby, Papua Nugini. Turun dalam ajang Pacific Games yang juga menjadi babak pra-kualifikasi Olimpiade Rio de Janeiro tahun depan tersebut, mereka hanya bisa jadi tempat berpesta gol kontestan lain.
Pada laga pertama menghadapi Tahiti, 3 Juli lalu, mereka dicukur habis dengan skor 0-30. Dua hari berselang, mereka kembali menjadi ladang pembantaian dengan skor lebih besar ketika melawan Fiji. Di laga itu, Mikronesia dihajar dengan skor 0-38. Skor "meningka" pada laga ketiga melawan Vanuatu kemarin. Dalam laga tersebut, Mikronesia dibantai dengan skor 0-46!
Total hingga 3 laga penyisihan grup A, 114 gol bersarang ke gawang Mark Jones dkk dan tanpa sekalipun menyarangkan gol ke jala lawan.
Melihat defisit yang sedemikian parahnya, siapa pun pasti geleng-geleng kepala. Meskipun, itu bukan rekor kekalahan terbesar. Sebab, ada kekalahan yang lebih memprihatinkan. Yakni, pada laga Liga Nigeria dua tahun lalu, ketika Plateau United Feeders menghancurkan Akurba FC 79-0. Namun kekalahan besar di Nigeria itu terjadi karena adanya match fixing sehingga Federasi Sepak Bola Nigeria memutuskan untuk menghukum klub tersebut. Sementara itu, bagi Mikronesia, skor kalah besar tersebut terjadi karena mereka sejak awal tidak pernah mendapat ilmu sepak bola yang benar.
Sejak membentuk federasi yang bernama Federated States of Micronesia Football Association (FSMFA) pada 1998, tim yang kini dilatih Stan Foster itu belum pernah merasakan "sentuhan" dari pelatihan sepakbola berskala internasional.
Hal itu wajar terjadi jika melihat status mereka saat ini. Walaupun didirikan hampir 17 tahun lalu, mereka sama sekali belum mendapatkan pengakuan dari FIFA selaku induk organisasi sepak bola dunia. Dari kawasan Oseania-Pasifik saja, status mereka baru possible future associate member alias calon anggota pada masa depan.
Hal itulah yang membuat perkembangan olahraga sepak bola di negeri yang hanya berpenduduk sekitar 110 jiwa itu berjalan lambat. Hingga saat ini, mereka hanya mempunyai 150 pesepakbola.
Tanpa adanya pengakuan dari FIFA, mereka tidak akan mendapat bantuan, baik dana atau pelatihan, untuk mengembangkan olahraga paling populer sejagat itu.
Hal itu juga yang menjadi keluhan Foster setelah mereka dibantai secara menyedihkan oleh Vanuatu. "Ini seperti duel bocah melawan pria dewasa," ujarnya untuk menggambarkan timpangnya kualitas dua tim sebagaimana dilansir Guardian.
Menurut Foster, faktor utama penyebab kekalahan yang bahkan membuat petugas pencatat skor meninggalkan mejanya adalah para pemainnya tidak pernah merasakan atmosfer kompetisi negara lain. Jangankan kompetisi, sekedar bepergian saja belum pernah.
"Pernah saya membawa mereka ke Guam pada suatu hari. Itu merupakan pengalaman pertama mereka bepergian lintas negara dan jauh dari rumah mereka. Mereka begitu heran dan terkejut ketika melihat elevator atau eskalator. Itu langkah yang sedemikian besar untuk para pemain ini," ujarnya.
Karena itu, dia sangat-sangat berharap FIFA segera mengesahkan status mereka sebagai anggota. Selain itu, ada harapan nyeleneh yang diinginkan Foster.Yaitu, keinginan federasi tersebut bisa berafiliasi dengan Asia (AFC). Mengapa memiliha Asia? Mungkin Foster terinspirasi oleh Australia yang bertahun-tahun menjadi "penguasa" zoan Oseania-Pasifik, namun selalu gagal menembus Piala Dunia. Mereka akhirnya memiliha menyeberang dan bergabung dengan zona AFC. Hasilnya, Australia langsung lolos Piala Dunia sejak 2006 hingga 2014.
Ingin Gabung AFC : Faktor kedekatan wilayah, membuat sang pelatih mengharapkan MIkronesia bisa berafiliasi dengan zona Asia.(en.wikipedia.org)
"Kalau FIFA melakukan itu (menyetujui afiliasi dengan Asia), ini akan memberi dampak berupa pelatihan dan pembenahan teknis. Tentu ini menjadi lompatan yang besar buat kami," ungkap Foster dilansir dari AFP.
SUMBER : Jawa Pos, 8 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar